Budaya Natal Ancam Akidah Umat

2014

KOMPASnia-Seusai menghadap presiden SBY untukaudiensi tentang kesiapan penyelenggaraan perayaan puncak Natal 2012, ketua panitia Perayaan Natal Nasional, Nafsiah Mboy yang juga menteri kesehatan, menyatakan bahwa presiden SBY dan wapres Boediono akan turut menghadiri perayaan puncak Natal nasional yang akan diselenggarakan tanggal 27 Desember. Mboy juga menyatakan, “Presiden mengharapkan penyelenggaraan puncak perayaan Natal 2012 bersifat inklusif, dan dapat dirasakan semua pihak, tidak hanya oleh umat Kristiani. ” (lihat, antaranews.com, 7/12).Ancam Akidah UmatSelama bulan Desember, negeri Islam ini yang mayoritas penduduknya muslim, tampil bak negeri kristen di Eropa. Di toko-toko, supermarket, perusahaan swasta, sampai instansi pemerintahan hari natal disambut dengan meriah.

Acara TV pun dipenuhi dengan film, dokumentar, talkshow, berita, entertainment yang bertemakan natal.Bagi pemeluk agama Nashrani tentu sah-sah saja merayakan natal. Tapi ‘memblow up’ demikian rupa kegiatan Natal, dan memberlakukannya untuk dan agar diikuti oleh semua orang, bisamenyakiti umat Islam. Di super market dan mall-mall yang tentu saja mayoritas pengunjungnya umat Islam disuguhkan lagu-lagu natal terus menerus.

Tidak hanya itu, karyawan sampai satpam yang kita yakin mayoritasnya muslim “diharuskan” memakai atribut Natal seperti topi Santa Claus, dll.Umat pun diseru untuk mengucapkan selamat Natal dan bila perlu ikut merayakan atau memfasilitasinya. Semua itu dikatakan sebagai wujud nyata toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Anggapan seperti itu sangat berbahaya. Seolah-olah siapa yang tidak mau ikut merayakan atau memberikan ucapan selamat Natal dianggap tidak toleran. Anggapan itu jelas keliru dan dangkal.Umat Islam harus mewaspadai seruan-seruan untuk merayakan atau mengucapkan selamat Natal, termasuk harapan presiden SBY di atas.

Sebab dibalik seruan itu ada bahaya besar yang bisa mengancam aqidah umat Islam. Seruan berpartisipasi dalam perayaan Natal, tidak lain adalah kampanye ide pluralisme yang mengajarkan kebenaran semua agama.Menurut paham pluralisme, tidak ada kebenaran mutlak. Semua agama dianggap benar. Itu berarti, umat muslim harus menerima kebenaran ajaran umat lain, termasuk menerima paham trinitas dan ketuhanan Yesus.Seruan itu juga merupakan propagandasinkretisme, pencampuradukan ajaran agama-agama.

Spirit sinkretisme adalah mengkompromikan hal-hal yangbertentangan. Dalam konteks Natal bersama dan tahun baru, sinkretisme tampak jelas dalam seruan berpartisipasi merayakan Natal dan tahun baru, termasuk mengucapkan selamat Natal. Padahal dalam Islam batasan iman dan kafir, batasan halal dan haram adalah sangat jelas.

Tidak boleh dikompromikan !Paham pluralisme dan ajaran sinkretisme adalah paham yang sesat. Kaum Muslimin haram mengambil dan menyerukannya. Allah SWT telah menetapkan bahwa satu-satunya agama yang Dia ridhai dan benar adalah Islam. Selain Islam tidak Allah ridhai dan merupakan agama yang batil(lihat QS Ali Imran [3]: 19).

Karena itu Allah SWT menegaskan:[وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ]
Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi(TQS Ali Imran [3]: 85)

Haram Merayakan dan Mengucapkan Selamat NatalDi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “selamat” artinya terhindar dari bencana, aman sentosa; sejahtera tidak kurang suatu apa; sehat; tidak mendapat gangguan, kerusakan dsb; beruntung; tercapai maksudnya; tidak gagal. Dengan begitu ucapan selamat artinya adalah doa (ucapan, pernyataan, dsb) yang mengandung harapan supaya sejahtera, tidak kurangsuatu apa, beruntung, tercapai maksudnya, dsb.Perayaan Natal adalah peringatan kelahiran Yesus Kristus (nabi Isa al-Masih as) yang dalam pandangan Nashrani dianggap sebagai anak Tuhan dan Tuhan Anak.

Lalu bagaimana mungkin, umat Islam disuruh mendoakan agar orang yang berkeyakinan bahwa Isa as adalah anakTuhan, Tuhan anak dan meyakini ajaranTrinitas, agar orang itu selamat, tidak kurang suatu apa dan beruntung? Padahal jelas-jelas Allah SWT menyatakan mereka adalah orang kafir(QS al-Maidah [5]: 72-75) yang di akhiratkelak akan dijatuhi siksaaan yang teramat pedih.Umat Nashrani menganggap Isa bin Maryam as sebagai anak Allah. Anggapan seperti itu merupakan kejahatan yang besar.

Allah SWT menegaskan:
[تَكَادُ السَّمَوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا )90( أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا)91(وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا]
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.(TQS Maryam [19]: 90-92)

Bagaimana bisa kita diminta mengucapkan selamat kepada orang yang meyakini, merayakan dan menyerukan sesuatu yang di hadapan Allah merupakan kejahatan besar seperti itu?Tentang Perayaan Natal Bersama (PNB),PNB adalah salah satu media untuk menyebarkan misi Kristen, agar umat manusia mengenal doktrin kepercayaan Kristen, bahwa dengan mempercayai Tuhan Yesus sebagai juruselamat, manusia akan selamat. MUI telah mengeluarkan fatwa melarang umat Islam untuk menghadiri PNB.

Fatwa itu dikeluarkan Komisi Fatwa MUI pada 7 Maret 1981, yang isinya antara lain menyatakan: (1) Mengikuti upacara Natal bersama bagi umat Islam hukumnya haram (2) Agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT, dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan Natal.Dalam buku Tanya Jawab Agama Jilid II, oleh Tim PP Muhammadiyah Majlis Tarjih, yang diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah (1991), hal. 238-240, sudah diterangkan, bahwa hukum menghadiri PNB adalah Haram.

Muhammadiyah dalam hal ini juga mengacu kepada fatwa MUI itu.Allah SWT berfirman:
[وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا]
Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.(QS al-Furqan [25]: 72).

Makna ayat ini bahwa mereka tidak menghadiriaz-zûr.Jika mereka melewatinya, mereka segera melaluinya, dan tidak mau terkotori sedikit pun olehaz-zûritu (Imam Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, iii/1346).Menurut sebagian besar mufassir, makna kataaz-zûr(kepalsuan) di sini adalah syirik (Imam asy-Syaukani,Fathal-Qadîr,iv/89). Menurut beberapa mufassir seperti Abu ‘Aliyah, Thawus, Muhammad bin Sirrin, adh-Dhahhak, ar-Rabi’ bin Anas, dan lainnya,az-zûritu adalah hari raya kaum Musyrik. (Tafsir Ibnu Katsir, iii/1346).

Katalâ yasyhadûna,menurut jumhur ulama’ bermaknalâ yahdhurûna az-zûr,tidak menghadirinya (Fathal-Qadîr,iv/89). Hal itu lebih sesuai dengan konteks kalimatnya, dimana sesudahnya ayat tersebut menyatakan (artinya)“Dan apabila mereka melewati (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”(QS al-Furqan [25]: 72).Berdasarkan ayat ini pula, banyak fuqaha’ yang menyatakan haramnya menghadiri perayaan hari raya kaum kafir.

Imam Ahmad berkata:“Kaum Muslimin telah diharamkan untuk merayakan hari raya orang-orang Yahudi dan Nasrani.“Imam Baihaqi menyatakan, “Jika kaum Muslimin diharamkan memasuki gereja, apalagi merayakan hari raya mereka.”Al-Qadhi Abu Ya’la al-Fara’ berkata, “Kaum Muslim telah dilarang untuk merayakan hari raya orang-orang kafir atau musyrik”.Imam Malik menyatakan, “Kaum Muslimin dilarang untuk merayakan hari raya kaum musyrik atau kafir, atau memberikan sesuatu (hadiah), atau menjual sesuatu kepada mereka, atau naik kendaraan yang digunakan merekauntuk merayakan hari rayanya.

Sedangkan memakan makanan yang disajikan kepada kita hukumnya makruh, baik diantar atau mereka mengundang kita.”(Ibnu Tamiyyah,Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, hal. 201).Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan, “Sebagaimana mereka (kaum Musyrik) tidak diperbolehkan menampakkan syiar-syiar mereka, maka tidak diperbolehkan pula bagi kaum Musliminmenyetujui dan membantu mereka melakukan syiar itu serta hadir bersama mereka.

Demikian menurut kesepakatan ahli ilmu.”(Ibnu Qayyim al-Jauziyyah,Ahkâm Ahl al-Dzimmah,i/235).Rasul saw sejak awal melarang kaum muslim ikut merayakan hari raya ahlul Kitab dan kaum musyrik. Dari Anas ra bahwa ketika Rasulullah saw datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari raya (hari raya Nayruz dan Mihrajan) yang mereka rayakan, maka Rasul saw bersabda:
»قَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا : يَوْمَ الْأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ«
“Sungguh Allah SWT telah mengganti dua hari itu dengan dua hari yang yang lebih baik daripada keduanya, yaitu Idul Adha dan idul Fithri.”(HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i dengan sanad yang shahih).

Wahai Kaum MusliminSungguh amat berbahaya bila hari ini umat justru diseru agar menggadaikan akidahnya dengan dalih toleransi dan kerukunan umat beragama. Begitulah yang terjadi ketika hukum-hukum Allah dicampakkan. Tidak ada lagi kekuasaan berupa al-Khilafah yang melindungi aqidah umat ini. Islam dan ajarannya serta umat Islam terus dijadikan sasaran. Karena itu kita harus makin gigih menjelaskan Islam dan menyerukan syariah dan Khilafah.

Sebab hanya dengan syariah dan Khilafahlah, aqidah umat Islam terjaga sekaligus menjamin kesejahteraan dan keamanan umat manusia baik muslim maupun orang-orang kafir.Wallâh a’lam bi ash-shawâb.

Bacaan Berikutnya :
http://kompasnia.blogspot.com

Orang Yang diharamkan Masuk Neraka

 2014surga dan neraka


فإن الله حرم علي النار من قال لاألاأله ألا الله يبتغي بذلك وجه الله “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan “Laa illaha illallah” karena menginginkan ridha Allah.”(HR.Al-Bukhari dan Muslim dari Shabat ‘Itban radhiyallahu ‘anhu)

Hadits di atas adalah salah satu hadits dari sekian banyak hadits yang menjelaskan tentang keutamaan Tauhid. Bahwasanya orang yang mengucapkan kalimat ini akan dijauhkan dari api neraka. Hadits diatasadalah bantahan terhadap kaum murjiahyang mereka berkata,”cukuplahkita mengucapkan kalimat “Laa illaha illallah”tanpa berusaha untuk mendapatkan wajah Allah (tanpa mau beramal).Penjelasan hadits:Syaikh Muhammad bin Shalih Utsimin bekata tentang hadits ini, Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam فإن الله حرم علي النار : yaitu Allah melarang/mencegah neraka untuk mengenai orang tersebut. Dan sabda beliau من قال لاألاأله ألا الله: siapa yang mengucapkan dengan syarat ikhlas, dengan dalil sabda beliau يبتغي بذلك وجه الله :mengharap wajah Allah, dan barang siapa yang mencari wajah Allah maka dia harus beramal dan berusaha untuk mendapatkan wajah Allah tersebut, karena seseorang yang menginginkan sesuatu maka dia harus berusaha untuk sampai kepada tujuannya.

(Qoululmufid syarah kitab Tauhid jilid pertama)Demikian pula orang yang mengucapkan laa ilaha illallah dia juga harus beramal supaya bisa mendapatkan keutamaan dan pahala yang Allah janjikan dan sediakan untuk orang-orang yang mengucapkan kalimat ini. Amal atau usaha yang pertama yang harus dilakukan adalah dia mengetahui atau berilmu tentang kalimat ini, karena Amalan yang tidak dilandasi ilmu maka amalan itu tidak diterima.

Ilmu yang di maksud adalh ilmu yang berkaitan dengan makna, syarat-syarat, konsekuensi serta pembatal-pembatal laa ilaha illallah. Berikut ini beberapa penjelasan tentang tentang syarat-syarat Laa ilahaillallah.Syarat-syarat لاإله إلا اللهBersaksi dengan Laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat, tanpa syarat-syarat itu maka syahadatnya tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya, dan tidak akan memperoleh keutamaan-keutamaan yang disebutkan dalam hadits di atas.

Para ulama mengatakan bahwa syarat-syarat tersebut laksana gigi-gigi kunci, barang siapa membawa kunci yang tidak memiliki gigi-gigi maka kunci tersebut tidak bermanfaat (tidak bisa membuka pintu), demikian juga orang yang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah tetapi tidak memenuhi syarat-syaratnya maka syahadatnya tidak bermanfaat.

Ketujuh syarat tersebut adalah: Syarat yang pertama:”Ilmu (mengetahui)Artinya memahami makna dan maksudnya, mengetahui apa yang dinafikan/ditiadakan dan apa yang ditetapkan, (ilmu) yang menafikan kebodohan/ ketidak tahuan tentang makna tersebut. Alllah berfirman : إِلاَّ مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ {86} “Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka menyakini/mengetahuinya (nya).” (QS. Az-Zukhruf:86)

Maksudnya orang yang yang bersaksi dengan Laa ilaaha illalla, dan memahami dengan hatianya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

Syarat yang kedua: Yakin (yakin)Orang yang mengikrarkan harus meyakini kandungan syhadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu.Allah Ta’ala berfirman: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللهِ أُوْلاَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ {15} “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwamereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar”. (QS.Hujurat:15)

Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik.Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ((من لقيت وراء هذا الحائط يشهد أن لاإله إلا الله مستيقنا قلبه فبشره بالجنة )) “Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebun) ini, yang bersaksi bahwtiada Ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar genbira dengan (balasan) surga.”(HR.Al-Bukhari)

Maka siapa saja yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk surga.



Syarat yang ketiga: Qabul (menerima)Menerima kandungan dan konsekuensidari syahadat; menyembah/beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainnya. Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menaati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah Ta’ala: إِنَّهُم كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَسْتَكْبِرُونَ {35} وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ {36} “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka:"Laa ilaaha illallah" (Tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata:"Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?" (QS.Ash-Shafat :35-36)

Ini seperti halnya penyembah kubur dewasa ini. Mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum menerima Laa ilaaha illallah.

Syarat yang keempat: Inqiyaad (Tundukdan patuh dengan kandungan makna syahadat)Allah Ta’ala berfirman: وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللهِ عَاقِبَةُ اْلأُمُورِ {22} “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS.Luqman: 22)

Al-‘Urwatul-wutsqa adalah Laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqaadu (patuh, pasrah)Syarat yang kelima:Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkannya. Manakala llisannya mengucapkan tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.Allah Ta’ala berfirman: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الأَخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ {8} يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ {9} فِي قُلُوبِهِم مَّرَضُُ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذّابٌ أَلِيمُ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ{10}

“Di antara manusia ada yang mengatakan:"Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar.Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS.Al-Baqarah:8-10)

Syarat yang keenam: Ikhlas.Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak mengucapkan karena menginginkan isi dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam hadits ‘Itban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: فإن الله حرم علي النار من قال لاألاأله ألا الله يبتغي بذلك وجه الله “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan “Laa illaha illallah” karena menginginkan ridha Allah.”(HR.Al-Bukhari dan Muslim)

Syarat yang ketujuh: Mahabbah (kecintaan) Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. Allah berfirman: وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا للهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ للهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ {165}

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat beratsiksa-Nya (niscaya mereka menyesal).(QS. Al-Baqarah:165)

Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa illaha illallah.(Kitab Tauhid 1 Dr.Shalih bin Fauzan, pustaka Al-Sofwa dan Al-Qoulul Al-Mufid, syaikh Utsaimin, oleh Abu Yusuf sujonoi)

Bacaan Berikutnya :
http://kompasnia.blogspot.com

7 Amalan Jariyah yang Pahalanya Terus Mengalir




sedekah
Amal Jariyah adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya,walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah meninggal dunia. Amalan tersebut terus menghasilkan pahala yang terus mengalir kepadanya.

Hadis tentang amal jariyah yang popular dari Abu Hurairah menerangkan bahawa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, iaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya "(HR. Muslim).

Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam amal jariah.Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebar luaskannya, anak soleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibina, rumah yang dibina untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya "(HR. Ibnu Majah).

Di dalam hadis ini disebut tujuh macam amal yang tergolong amal jariah sebagai berikut.

1. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal dan nonformal, seperti perbincangan, ceramah, dakwah, dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah menulis buku yang berguna dan mempublikasikannya.

2. Mendidik anak menjadi anak yang soleh. Anak yang soleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia. Menurut keterangan hadis ini, kebaikan yang dipeibuat oleh anak soleh pahalanya sampai kepada orang tua yang mendidiknya yang telah meninggal dunia tanpa mengurangkan nilai / pahala yang diterima oleh kanak-kanak tadi.

3. Mewariskan mushaf (buku agama) kepada orang-orang yang dapat memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya.

4. Membangun masjid. Hal ini selaras dengan sabda Nabi SAW, "Barangsiapa yang membangunkan sebuah masjid kerana Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di syurga" (HR. al-Bukhari dan Muslim).Orang yang membina masjid tersebut akan menerima pahala seperti pahala orang yang beribadah di masjid itu.

5. Membangun rumah atau pondok bagi orang-orang yang bepergian untukkebaikan. Setiap orang yang memanfaatkannya, baik untuk berehat sebentar mahupun untuk bermalam dan kegunaan lain yang bukan untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada orang yang membinanya.

6. Mengalirkan air secara baik dan bersih ke tampat-tempat orang yang memerlukannya atau menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang ramai. Setelah orang yang mengalirkan air itu wafat dan air itu tetap mengalir serta terpelihara darikecemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia mendapat pahala yang terus mengalir.

Semakin banyak orang yang memanfaatkannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membina sebuah telaga lalu diminum oleh jin atau burung yang kehausan, maka Allahakan memberinya pahala kelak di hari kiamat." (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah).

7. Menyedekahkan sebahagian harta. Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda.

Sumber: Ensiklopedi Hukum Islam

Bacaan Berikutnya :
http://kompasnia.blogspot.com

7 Rahasia Agar Allah Segera Mempertemukan Jodoh

KOMPASnia-Ketika jodoh tidak kunjung datang. Apa masalahnya?Inilah 7 rahasia yang semoga jadi upaya hadirnya pertolongan ALLAH.
1. Jangan-jangan, ada dosa yang selama ini jadi penghalang hadirnya jodoh. Sehingga sebelum dosa itu ditaubati, ALLAH bakal menutup rapat-rapat pintu jodoh.Maka langkah awal, ingat semua dosa, sesali, tangisi, istighfari & janji jangan ulangi dosa itu lagi. Taubat nasuha.
2. Diam-diam, doakan sahabatmu yanglain supaya dipertemukan jodohnya. Doa mukmin bagi saudaranya secara diam-diam, akan di-aamiin-kan malaikat & kembali kepada kita.
3. Minta doa-doa mustajab, yakni orang tua. Kalo orang tua sudah menangis dalam tahajudnya untuk mendo'akan anaknya,maka tinggal tunggu terkabulnya.
4. Teruslah berdoa,"Rabbii laa tadzarnii.." (Ya ALLAH,jangan biarkan aku sendiri). Kalo tidak mengadu kepada ALLAH, mau kepada siapa lagi? Sambil nangis.
5. Perbaiki diri. ALLAH akan memberi jodoh baik bagi orang yang baik. Agar jodohmu baik, maka ALLAH tidak akan menemukan sebelum kau perbaiki diri.
6. Sedekah. Segala masalah tuntas dengan sedekah yang ikhlas. Segeralah hajat bakal terkabul.
7. Ikhtiar dan tawakkal. Upaya kerja keras dan serahkan pada-Nya. Usaha sebisa-bisanya, berserah sepasrah-pasrahnya. ALLAH yang Maha Menakdirkan.
Insya ALLAH dengan 7 rahasia tersebut,ALLAH akan mempermudah jalan menuju pertemuan agung itu. Aamiin ya Rabbal'alamin.
Sumber : www.facebook.com


Bacaan Berikutnya :
http://kompasnia.blogspot.com

Belum Pernah Pacaran Bukan Berarti Tak Laku

KOMPASnia-Untuk saat ini masih ada beberapa anakmuda yang belum pernah merasakan pacaran. Padahal kalau dilihat dari segi umur, mereka sudah pantas atau sudahsaatnya pacaran menurut kebanyakan orang.

Oleh karena hal itu, banyak yangberfikir bahwa mereka yang belum pernah merasakan pacaran berarti termasuk orang yang tidak laku.Mungkin banyak yang membenarkan hal itu, tapi tidak benar menurut kompasnia.blogspot.com karena kalau di gali lebih lanjut lagi, orang seperti ini justru menjadi incaran kebanyakan orang.

Kenapa bisa begitu?. Karena orang seperti ini tidak punya satu kisah masa lalu dimana kisah masa lalu, besar kemungkinan bisa menimbulkan rasa cemburu dan perasaan lainnya. Selain dari semua itu, orang yang tidak pernahpacaran biasanya bisa menjadi pasangan yang setia bahkan benar-benar setia.Dan ada lagi satu keunikan atau lebih tepatnya keuntungan jika menjadi orang seperti ini.

Yaitu bebas bergaul dengan siapa saja termasuk lawan jenis. Bisa di kata begitu karena kalau kita punya pacar, perasaan kita akan sedikitgalaurisih jika jalan, menerima, bertamu, dsb dengan teman yang berlainan jenis.Jadi jika kamu merasa belum pernah merasakan apa yang disebut pacaran, sebaiknya jangan terlalu rendah diri. Dan yang paling penting jangan buru-buru untuk memilih pasangan karena pasangan menentukan masa depan kamu nantinya.

Perlu diperjelas lagi,tidak pernahpacaranbukan berartitidak laku.Jadi intinya santai saja, hidup tidak hanya untuk pacaran. Banyak hal lain menyenangkan yang bisa dilakukan. Dan sekedar tambahan saja, Saya juga punya teman yang seperti itu. Di depan dia, banyak yang bersikap biasa saja selayaknya teman biasa. Tapi di belakang dia, ternyata banyak yang ingin jadi pasangannya.

Bacaan Berikutnya :
http://kompasnia.blogspot.com

Ikhlas, Mudah Untuk Diucapkan Tetapi Sukar Untuk Dilalui

sabar dan ikhlas

KOMPASnia-Kerana itu, ia memerlukan satu proses yang panjang sehingga dapat membimbing kita pada sebuah keikhlasan.Ketika cinta terhalang dengan restu orang tua, ketidak mampuan dan ketika harus menerima kenyataan orang yang di sayangi berkahwin dengan orang lain.

Ketika rancangan hanya tinggal sebuah rancangan yang tidak akanwujud, maka adalah tidak mudah untuk menerima kenyataan itu, bahkan mungkin sangatsukar untuk kita menerimanya.Hari demi hari dilalui dengan air mata dan kesedihan.Di kesunyian dan keheningan malam, kita menangis di hadapanNYA bukan untuk menyesali apa yang terjadi.

Tetapi menyesal kenapa kita belum dapat menjadi hambaNYA yang ikhlas menerima kenyataan ini.Tetapi itulah hidup.Adakalanya kitaharus mengalami sesuatu yang pahit.Apa-apa pun yang terjadi itulah yang terbaik buat kita meskipun kita sedih, kecewa dan merasa tidak adil.

Kita hanya berusaha untukredha dengan semua ketentuan yangtelah digariskan oleh ALLAH. Menerima apa-apa pun yang terjadi bukan bererti tidak berusaha untuk meraih sesuatu yang lebih baik.Tetapi berusaha untuk ikhlasdan menyerahkan semua ini kepadaNYA.Ini akan menenangkan hati yang gelisah.

Kerana disebalik kejadian ini pasti ada hikmahnya dan Insyaallah ia akan membimbing kita untuk menjadi seseorang yang kuat, sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup.Ketika kita ikhlas dan bersyukur dengan semua yang diberikan,Allah akan memberikanketenangan yang luar biasapada hati kita.

Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan dan DIA akan memberikan jalan yang terbaik. Yakinlah bahawa rencana Allah itu lebih baik.Buat sahabat yang sedang bersedih, kuatkanlah semangat, kerana Allah sayang kepada hambaNYA yang kuat dalam menjalani ujian dariNYA.

Kerana sebenarnya begitu banyak anugerah dan nikmat yang diberikan olehNYA yang harus kita syukuri.Selalulah berprasangka baik kepadaNYA dan bersyukur Allah masih memberikan ujian kepada kita.

Itu berarti kita termasuk dari kalangan orang-orang yang masih diperhatikan olehNYA.Allah selalu memberikan sesuatu yang kita perlukan, bukan sesuatu yang kita inginkan. Oleh itu, DIA lebih tahu mana yang terbaik buat hambaNYA.Ikhlas, sabar dan bersyukur adalah 3 kunci kehidupan.

Tidak mudah tetapi sangat sukar. Tetapi tiada yang tidak mungkin jika kita mahu berusaha dan mencuba untuk menjalaninya dalam kehidupan kita.Terima Kasih Ya ALLAH untukkasih sayang, kekuatan dan semua yang sudah Engkau berikan kepadakami.

Berikan petunjuk dan bimbinganMu kepada kami seperti yang telah Engkau berikan kepadahamba-hambaMu yangEngkau sayangi.Izinkanlah kami untuk untuk lebih dekat dan mencintaiMu.

Bacaan Berikutnya :
http://kompasnia.blogspot.com

ALLAH Maha (berulang-ulang) Menerima Taubat

taubat nasuha

KOMPASnia-tentang“Rahib dan Lelaki yang telah Membunuh 99 Jiwa”:
Lelaki itu menyipitkan mata diterjang terik. Kakinya tersaruk seok dalam sengatan pasir. Dia datang dari jauh memikul beban hati yang memayahkan. Perjalanannya melelahkan. Tapi biara yang ditujunya tak jauh lagi. Jalan agak mendaki kini, tapi sekuncup harap telah bersemi di hati.
Di pintu biara, Rahib ahli ‘ibadah itu menyambutnya dengan wajah datar. Lisannya terus berkomat-kamit. Rahib itu masuk sebentar dan keluar dengan dua gelas logam di tangannya. Dia letakkan satu di hadapan si lelaki, dan gelas lain dia genggam dengan dua tangan. Di hirupnya dalam-dalam aroma yang menguar bersama asap.
“Rahib yang suci”, kata si lelaki. Dia berhenti sejenak lalu mengunjal nafasnya panjang-panjang. “Mungkinkah dosaku diampuni?”
Rahib itu tersenyum setengah menyeringai. “Memangnya apa khilafmu?”
Agak tercekat dia menjawab. “Aku telah membunuh”, katanya, “Sebanyak sembilanpuluh sembilan jiwa.”Hampir saja gelas di tangan sang Rahib jatuh. Matanya terbelalak dan mulutnya ternganga.
“Mungkinkah dosaku diampuni?” lanjut silelaki sambil menatap harap-harap. Tangannya cemas menggariki permukaan gelas logam. Dia lalu menunduk menanti sabda.
Tetapi Rahib itu memalingkan muka. Rautnya tampak tak suka. Lelaki itu menangkap mimik jijik di garis-garis wajah sang Rahib. Sayup dia menggumamkan sebuah ayat dalam Taurat. “Membunuh satu jiwa sama artinya membinasakan seluruh jiwa, memusnahkan segala kehidupan. Sembilan puluh sembilan.. Sungguh dosa yang tak terperikan. Tak terampunkan.”
Entah mengapa si lelaki pembunuh tiba-tiba disergap benci yang bergulung-gulung pada si Rahib. Batinnya yang luka dan tersiksa oleh dosa serasa disiram cuka yang memedihkan mendengar gumam itu. Cara Rahib itu memperlakukannya, bersikap, berkata-kata, dan menjawab tanya seolah mereka dibatasi dinding tak tertembus. Si Rahib suci. Tanpa dosa. Dan dia adalah lelaki hina, najis, tak terampuni.Sekuncup harap yang tadi bersemi, kini gugur disengat api.
Maka sekali lagi syaithan mengalahkannya. Dalam detikan saja, pedangnya telah memenggal si Rahib, membelahnya jadi dua. Dan dia disergapsesal yang jauh lebih menyakitkan. Genap sudah seratus nyawa. Darah sangRahib yang mengalir merah terlihat bagai neraka menyala, siap membakarnya. Dia bergidik. Dia beringsut mundur. Nafasnya tersengal, jangganya terasa tercekik hebat, keringat dinginnya merembesi baju. Dengan tenaga yang dihimpun sepicak-sepicak, dia berlari. Terus berlari.
Untuk beberapa waktu, dia bersembunyi.Tapi dia tahu, yang dia takuti bukan apa yang ada di luar sana. Yang paling menakutkannya ada di dalam dada. Tak tampak. Tak pernah membiarkannya nyenyak. Tak pernah mengizinkannya hening.
Satu hari dia tak tahan lagi. Diberanikannya menemui orang yang dianggapnya mampu memberi jawab gelisah hatinya. Kali ini bukan rahib yang dipilihnya. Kali ini seorang ‘alim yang didatanginya. Dan lelaki berilmu itu menerimanya dengan senyum tulus.
“Allah itu Maha Pengampun saudaraku”, ujar sang ‘alim ramah. “Taubatmu pasti diterima. Hanya saja, selain menyesali segala yang telah berlalu dan menebusnya dengan kebaikan-kebaikan,engkau juga harus meninggalkan negeri yang selama ini kau tinggali. Pergilah ke negeri lain untuk memulai hidupmu yangbaru. Engkau harus berhijrah.”
Lelaki pembunuh itu, kita tahu, benar-benar berhijrah. Tapi dia mati di perjalanan. Dan malaikat rahmatpun memenangkan perdebatannya dengan malaikat ‘adzab. Sebab ketika diukur jaraknya, lelaki itu sejengkal lebih dekat ke arah negeri pertaubatannya. Dia benar-benar telah meninggalkan kejahatan, meski baru sejengkal. Maka Allah memerintahkan agar dia dibawa kesurga...
ALLAH itu Maha (berulang-ulang) Menerima Taubat karena kita juga sebagai manusia (berulang-ulang) melakukan dosa..


Bacaan Berikutnya :
http://kompasnia.blogspot.com

Yakin Doa Kita Dikabulkan

berdoa

KOMPASnia-Hal yang paling penting di dalam berdoa adalahkeyakinanbahwa doa kita akan dikabulkan oleh Allah Swt. Keyakinan ini harus ada sehingga akan menumbuhkan harapan yang besar akan dikabulkannya doa kita. Di samping itu, keyakinan itu juga akan menumbuhkan kekuatan tersendiri bagi orang yang berdoa.
Allah Swt. berfirman,“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”(QS. al-Baqarah [2]: 186)

Dalam firman Allah Swt. tersebut jelas sekali disampaikan bahwa“Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.”Maka, dalam rangkameneguhkankeyakinan itu, perlu sekali bagi kita untuk mengerjakan apa yang telah Allah Swt. firmankan dalam ayat tersebut, yakni memenuhi perintah-Nya, beriman, dan berada dalam kebenaran.

Rasulullah Saw. bersabda,“Sesungguhnya Allah MahaPemalu dan Maha Murah hati. Allah malu bila ada hamba-Nya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa.”(HR. Hakim)

Hadits yang diriwayatkan oleh Hakim sebagaimana tersebut, sungguh meneguhkanhatikita bahwa doa kita pasti dikabulkan oleh Allah Swt. Betapa Allah malu bila ada hamba-Nya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa.Namun, kadang kala hati seseorang goyah ketika doa yang ia panjatkan dirasakannya tak kunjung terjawab. Menghadapi persoalan ini, marilah kita renungkan apayang telah disabdakan oleh Nabi kita Muhammad Saw. sebagai berikut:“Tiada seorang berdoa kepada Allah dengan suatu doa, kecuali dikabulkan-Nya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana) yang serupa.”(HR. Thabrani).

Inilah yang harus dipahami oleh orang-orang yang beriman. Betapa Allah Swt. Maha Mengetahui hal yang terbaik bagi setiap hamba-Nya. Sesungguhnya, kebaikan yang kita inginkan adalah kebaikan dunia dan akhirat. Betapa beruntungnya kita apabila kita juga dihindarkan dari musibah oleh Allah Swt.Oleh karena itu, jangan pernah ada keraguan di dalam berdoa. Hendaknya kita memohon kepada Allah Swt. dengan kesungguhan hati.

Rasulullah Saw. bersabda,“Apabila kamu berdoa, janganlah berkata, ‘Ya Allah, ampunilah aku kalau Engkau menghendaki, rahmatilah aku kalau Engkau menghendaki, dan berilah aku rezeki kalau Engkau menghendaki.’ Hendaklah kamu bermohon dengan kesungguhan hati sebab Allah berbuat segala apa yang dikehendaki-Nya dan tidak ada paksaan terhadap-Nya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa jelas dan lugas Nabi Muhammad Saw. mengajarkan kepada kita bagaimana sebaiknya dalamberdoa. Bermohonlah dengan kesungguhan hati kepada-Nya. Berdoalah dengan sepenuh keyakinan bahwa doa kita akan dikabulkan oleh Allah Swt. Mengenai hal ini, Rasulullah Saw.

juga bersabda:“Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah ‘Azza wa Jallamaka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa doamu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dan lengah.”(HR. Ahmad)

Demikianlah tulisan sederhana ini dibuat dan semoga bermanfaat bagi kita bersama.



Bacaan Berikutnya :

http://kompasnia.blogspot.com

Ajal Di Tangan Allah

allah

Maksudnya:
Di mana jua kamu berada, maut akan mendapatkan kamu (bila sampai ajal), sekalipun kamu berada dalambenteng-benteng yang tinggi lagi kukuh. Dan kalau mereka beroleh kebaikan (kemewahan hidup), merekaberkata: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau pula mereka ditimpa bencana, mereka berkata:" Ini adalah dari (sesuatu nahas) yang ada padamu". Katakanlah (wahai Muhammad): "Semuanya itu (kebaikan dan bencana) adalah (berpunca) dari sisi Allah". Maka apakah yang menyebabkan kaum itu hampir-hampir tidak memahami perkataan (nasihat dan pengajaran)?
(Surah an-Nisa': 78)

Allah berfirman yang bermaksud:"Di mana jua kamu berada, maut akan mendapatkan kamu (bila sudah sampai ajal), sekalipun kamu beradadalam benteng-benteng yang tinggi lagi kukuh."
(Surah an-Nisa': 78)

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahawa seseorang manusia itu tidak boleh memisahkan dirinya dari ajal kematian. Seseorang itu pasti akan menempuhi maut sama ada dia berada di medan perang atau di atas hamparan.

Orang yang benar-benar mulia mahu mati di medan perang sebagaimana sikap yang ditunjukkan oleh Khalid Ibnul Walid r.a. ketika ia didatangi tanda-tanda mati (naza'), beliau berkata: "Sesungguhnya aku menyaksikan (menyertai) peperangan yang banyak (sejak zaman Rasulullah s.a.w. sehingga zaman UmarIbnul Khattab menjadi khalifah). Tubuhku dipenuhi dengan parut-parut luka akibat tusukan senjata musuh.

Tetapi kini (dukacitanya) aku mati di atas hamparanku sebagai seorang pengecut."Khalid mengharapkan mati syahid di medan peperangan tetapi Allah menentukan dia mati di atas hamparan permaidani di rumahnya bukan di medan perang, menandakan bahawa ajal ditetapkan oleh Allah, tiada siapapun boleh mengubahnya walaupun seseorang itu mengharungi banyak medan peperang.Sesiapapun bila ditentukan matinya di sesuatu tempatdia akan pergi ke tempat itu ketika sampai ajalnya.

Ini adalah penentuan dari Allah SWT.Maut akan memanggil kamu walaupun kamu berada dalam 'Buruj Musyayyadah'. Ulama berselisih pendapat dalam mentafsirkan ayat ini. Ada yang mengatakan ia bermaksud kota yang teguh dan tinggi. Setengah ulama berpendapat yang dimaksudkan dengan ayat ini ialah singgahsana dan istana-istana.

Seorang raja akan mati walaupun dudukdi atas singgahsana yang dikawal rapi dalam istana.Ulama' lain berpendapat ia bermaksud berada dalam istana yang dipagari kota yang teguh.

Firman Allah yang bermaksud :"Dan kalau mereka memperolehi kebaikan (kemewahan hidup), mereka berkata: "Ini adalah dari sisi Allah," dan kalau mereka ditimpa bencana, mereka berkata: "Ini adalah dari (sesuatu nahas) yang ada padamu." (Surah an-Nisa': 78)

Ini adalah ucapan orang-orang munafiq yang hidup dalam saf orang Islam. Ulama berkata yang dimaksudkan dengan kebaikan di sini ialah suburnya tanaman, anak dan keluarga semuanya berada dalam keadaan sihat.Sebaliknya apabila mereka ditimpa bencana seperti tanaman tidak subur, anak tidak sihat atau meninggal dunia mereka pula berkata ini adalah sial dari Muhamad s.a.w.

Inilah ucapan pengikut Fir'aun ketika menentang Nabi Musa a.s. sebagaimana diceritakan Allah dalam firman-Nya yang bermaksud:"Apabila mereka memperolehi kebaikan, mereka berkata: "Kebaikan ini untuk kami semua," apabila ditimpa kejahatan mereka pula berkata: "Ini adalah sial Musa dan pengikut-pengikutnya."
(Surah al-A'araf:131).

Berkata setengah ulama' bahawa yang dimaksudkan dengan kebaikan itu ialah kemenangan yang dicapai dalam Peperangan Badar manakala yang dimaksudkan dengan keburukan itu ialah ujian yang diterima dalam Peperangan Uhud.Dalam peperangan Badar, orang Islam mencapai kemenangan walaupun berjumlah 313 orang sahaja.

Mereka diberi kemenangan oleh Allah dan dapat menawan musuh. Ketika itu golongan munafiq berkata: "Ini adalah dari sisi Allah. Kami tidak boleh pergi ke medan kerana keuzuran." Padahal mereka tidak berhasrat untuk berjuang bersama-sama denganorang-orang yang beriman dalam peperangan tersebut.

Tafsir Al-Quran Oleh Tuan Guru Abdul Hadi AwangTafsir Surah An-Nisa' ayat 78Ajal di tangan AllahWallahu'alam....


Bacaan Berikutnya :

http://kompasnia.blogspot.com

Kisah Dewi Sandra, Tahajud Dulu sebelum Terima Job


dewi-sandra-2zynxa56wp5lougycztx56
Tasbihnews.com - Mempunyai nama lengkap Dewi Sandra Killick. Aktris, penyanyi, dan presenter ini kini berubah 180 derajat dari Dewi Sandra yang sebelumnya. Semenjak memutuskan untuk memakai jilbab, wanita kelahiran 3 April 1980 ini mulai aktif untuk memerankan sebagian aktivitas keagamaan. Dewi terlihat kerap ada dalam suatu pengajian dan ia juga membiasakan diri untuk membaca ayat ayat suci Al-Quran. Dewi Sandra menjadikan aktivitas seperti itu sebagai suatu hal yang perlu ia lakoni walau ada di luar rumah. Dengan membaca ayat suci Al-Quran, Dewi merasa akan menerima banyak pencerahan.
“Isi kepala diluruskan lagi dengan membaca Al-Quran” papar Dewi Sandra. Menjadi seseorang yang dapat dikatakan sebagai pemula untuk mengenakan jilbab, Dewi Sandra merasa bahwa dirinya masih memerlukan pembelajaran yang banyak. Terlebih lagi ia juga berkarier di dunia entertaine tanah air. “Maka dari itu kemarin saya selalu cari ustadz” lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Dewi Sandra juga menceritakan mengenai kisahnya yang sempat galau saat ingin membintangi film bertajuk “Air Mata Surga”, film yang diangkat melalui novel karangan Aguk Irawan dengan tajuk “Air Mata Tuhan”.
.
Dewi sempat galau lantaran selain membintangi film tersebut, ia juga diberikan tawaran untuk menjadi pembawaoriginal soundtrack layar lebar tersebut. Dewi Sandra mengetahui bahwa suara wanita merupakan aurat dan haram apabila diperdengarkan.
“Iyah waktu itu saya tanya ke ustadz, ‘Wah gimana ini ?’ konon katanya suara wanita itu kan aurat. Saya menerima jawabannya soalnya disuruh sama ustadz untuk melakukan sholat. Kebetulan di film ini ditawarin untuk nyanyisoundtrack” jelas Dewi.
Untuk mendapatkan jawaban dari kebimbangan hatinya, Dewi Sandra pun memutuskan untuk Sholat Tahajud. Ia begitu yakin bahwa akan ada jalan apabila Allah meridhoinya. Tak hanya saat mendapat tawaran bernyanyi saja, ketika diberi tawaran untuk bermain sebuah film pun, Dewi Sandra kerap kali memutuskan hal tersebut dengan melaksanakan sholat Tahajud terlebih dahulu.
“Jangankan soal nyanyi, untuk main film saja saya sholat tahajud dulu. Kalau emang sudah diizinkan pasti akan dipermudah jalannya untuk melangkah. Untuk kegiatan apapun, bukan hanya itu saja, restu dari suami itu juga perlu, jadi banyak filter. Selain meminta ridho dari Allah yang pertama kali” terang Dewi.

Ternyata Amien Rais ‘Tak Berdusta’, Inilah Bukti Jokowi Berkekuatan Siluman!

148100_joko-widodo-dalam-kostum-wayang_663_382Tasbihnews.com - Revisi UU Pilkada yang diusulkan oleh anggota DPR telah ditolak oleh Presiden Jokowi. Pun revisi UU KPK kembali ditolak dengan tegas oleh Jokowi melalui Menkumham Yasonna Laoly. Terakhir usulan dana aspirasi DPR, lagi-lagi ditolak secara tersirat oleh Jokowi. Mengapa Jokowi berani menolak usulan-usulan DPR itu? Bukankah DPR itu bisa dengan mudah berubah menjadi singa bagi Jokowi dan bisa melengserkannya? Mari kita cermati dengan hati sabar dan pikiran jernih.

UU Pilkada itu belum pernah dipakai, belum diuji, masak direvisi lagi? Jadi UU Pilkada itu tidak perlu direvisi, mari kita gunakan yang ada sekarang ini dulu. Demikian alasan sederhana Jokowi. Mendengar jawaban itu, anggota DPR yang diwakili oleh Fadli Zon, Fahri Hamzah, Setia Novanto, Bambang Soesatyo hanya diam terpaku. Mereka tak berkutik.DPR dengan susah payah membangun opini publik terkait revisi UU Pilkada. Dengan langkah berani dan penuh keyakinan mereka datang kepada Jokowi di istana meminta persetujuan. Namun Jokowi menolaknya dengan alasan sederhana, singkat dan to the point. 
Pun revisi UU KPK yang amat sangat ingin direvisi oleh DPR, ditolak oleh Jokowi. Alasannya, KPK perlu dikuatkan, didukung dan UU KPK yang ada sekarang ini sudah cukup kuat. Lagi-lagi anggota DPR tidak berkutik. Suara-suara anggota DPR yang berusaha membangun opini hilang lenyap dan semakin samar-samar. Lewat Menkumham Yasona Laoly, Jokowi menyampaikan bahwa revisi UU KPK tidak perlu sekarang ini. DPR kembali tidak berkutik.
Terakhir, usulan dana aspirasi dari DPR secara tersirat ditolak oleh Jokowi. Alasannya jelas: DPR tidak boleh menjadi eksekutor anggaran. Di tengah kelesuan ekonomi, tidak perlu ada dana itu, dana ini. Kita gunakan dana yang ada secara efisien, tepat guna, terukur dan sehemat mungkin. Demikian penjelasan sederhana Jokowi.
Tidak bertele-tele, tidak berbelit-belit, lurus dan langsung kena sasaran. Lagi-lagi DPR tidak berkutik. Beberapa anggota DPR semacam Fahri Hamzah kecewa berat dan mengkritik gaya penolkan Jokowi yang tidak terbuka memberi penjelasan. Lalu mengapa Jokowi berani menantang DPR yang sebetulnya bisa balik menyerangnya dan meng-impeachment-nya? Ternyata Jokowi memang benar punya kekuatan siluman.
Kekuatan siluman Jokowi bukanlah dalam bentuk makhluk halus, makhluk gaib atau jutaan tentara siluman tak terlihat. Jokowi tidak percaya semua itu. Jokowi orang beragama, dia percaya kepada kekuatan Sang Pencipta yang lebih dahsyat. Kekuatan siluman Jokowi secara nyata, masuk akal dan terlihat memang ada. Siapa saja kekuatan siluman Jokowi itu?
Pertama, TNI-nya Moeldoko, TNI AD-nya Gatot Nurmantyo. Konsolidasi Jokowi kepada TNI telah membuat 450 ribu anggota TNI yang terdiri dari angkatan darat, laut dan udara mendukung secara mutlak segala keputusan Jokowi. Jaminannya ada dalam diri Moeldoko yang digadang-gadang masuk menjadi menterinya dan wakilnya pada Pilpres 2019 mendatang.
Kedua, ternyata Kapolri Badrodin Haiti dan kabareskrim Budi Waseso minus Budi Gunawan pengagum sejati Jokowi. Publik tak banyak yang tahu bahwa Kabareskrim Budi Waseso telah mengikrarkan kesetiaannya kepada Jokowi. Dia siap sedia melaksanakan apapun perintah Jokowi termasuk mencari-cari kesalahan anggota DPR dan menjadikan mereka tersangka bila perlu. Bahwa selama ini Kabareskrim Budi Waseso terkesan tidak nurut Jokowi, itu hanya permainan politik dan test emosi publik belaka. Ternyata yang mengusulkan Budi Waseso jadi Kabareskrim adalah Jokowi sendiri.
Ketiga, relawan Jokowi. Jutawan relawan Jokowi siap berdiri di belakang Jokowi bila DPR bersama MPR benar-benar meng-impeachment-nya dengan alasan yang dicari-cari. Di samping itu ratusan ribu mahasiswa siap turun mendukung Jokowi bila DPR berperilaku macam-macam. Bahwa ada segelintir mahasiswa yang mendemo Jokowi, itu hanya sekedar bunga-bunga demokrasi yang juga diinginkan sendiri oleh Jokowi.
Keempat, batin dan moralitas superkuat Jokowi. Jokowi tidak pernah korupsi. Sekurang-kurangnya sampai sekarang tidak ada sinyal korupsi Jokowi. Alasan menolak revisi UU Pilkada, KPK, dan dana aspirasi, semuanya didukung rakyat. Hanya segelintir masyarakat setuju revisi dan usulan-usulan DPR itu. Kebanyakan masyarakat berpendapat bahwa usulan-usulan DPR itu kebanyakan usulan stress dan akal-akalan. Maka Jokowi bersama rakyat berani menolak usulan-usulan DPR itu.
Kelima, Jokowi tidak pernah takut dilengserkan. Jokowi hanya berusaha melaksanakan undang-undang, membela kepentingan rakyat walau untuk sementara menyengsarakan rakyat, berjalan di jalan yang benar. Bila dalam kebenaran Jokowi dilengserkan oleh DPR, tidak masalah bagi Jokowi. Dia akan kembali ke rumahnya, makan, minum, rileks, olahraga, dan menikmati hidup. Siapa yang sanggup mengurus 250 juta rakyat Indonesia dengan segala macam tingkahnya itu? Mengurus buang air kecil dan air besar mereka saja, susahnya setengah mati apalagi mengurus perutnya, otaknya, dompetnya dan tingkah lakunya.
Jadi dalam menolak usulan-usulan DPR itu, Jokowi menggunakan alasan sederhana, ringkas dan lurus. Dalam ilmu debat, semakin sederhana alasan, ringkas dan to the point, maka apapun yang diperdebatkan akan mati kutu dengan sendirinya. Kemudian sebelum menolak apapun usulan DPR, Jokowi telah memastikan dulu dukungan kekuatan silumannya dan meng-update-nya terlebih dahulu.

Banyak Kesalahpahaman mengenai Jenggot, Celana Cingkrang dan Cadar


54e34335ae4d1199400889
Tasbihnews.com - Pada suatu ketika seorang sahabat mengunjungi Nabi SAW dengan memakai baju yang jelek.” Rasul SAW lalu bertanya, “Apakah engkau memiliki harta? Ia jawab, “Iya”. Rasul SAW bertanya lagi, “Dari mana harta itu kau peroleh?” Ia menjawab, “Allah SWT telah memberikanku (harta berupa) unta, kambing, kuda dan budak” Rasul SAW kemudian bersabda, “Jika Allah SWT memberimu harta, maka tampakkanlah bekas (hasil/manfaat) nikmat dan kemurahan Allah SWT yang diberikan kepadamu itu” (HR. Abu Dawud).
Suatu ketika rasul bersabda kepada para sahabatnya, ”Tidak akan masuk surga seorang yang di hatinya terdapat sifat riya”. Kemudian ada yang bertanya tentang seorang yang memakai pakaian yang indah, sandal yang mewah dan surban yang mahal. Apakah orang itu telah riya karena berpenampilan melebihi yang lainnya. Rasul SAW kemudian menjawab, ”Belum tentu, karena Allah SWT itu indah dan senang pada keindahan. Yang dimaksud riya adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (HR. Bukhari Muslim)Beberapa hadits ini menjadi bukti bahwa Rasulullah SAW sangat mendambakan umatnya untuk tampil dan terlihat indah, rapi dan bersih. Memperhatikan penampilan sehingga tidak ada halangan banginya untuk dapat bergaul dengan semua kalangan masyarakat. Yang barakibat terjaganya citra agama Islam sebagai agama yang bersih dan anggun.
Dalam kehidupan sehari-hari, anjuran tersebut bersifat fleksibel dan relatif. Disesuaikan dengan kondisi dan situasi serta profesi sehari-hari. Tidak terpaku pada satu model saja asalkan tidak dimaksudkan untuk sekedar bergaya, pamer kekayaan atau menyombongkan diri. (Etika Bergaul di tengah Gelombang Perubahan, kajian kitab kuning, 25-26) Jika di dalam teks-teks keagamaan secara tidak langsung ditemukan larangan atau anjuran untuk berhias dengan model tertentu, maka hal itu harus dilihat dalam konteks yang lebih luas. Tidak hanya terpaku kepada pengertian secara harfiyah saja.
Intinya adalah bagaimana seorang muslim berhias dan memperindah dirinya dengan tetap mendahulukan kesopanan, menutup aurat dan kerapian serta tidak berlebihan dan urakan. Dan yang terpenting adalah tidak untuk menimbulkan rangsangan atau menggoda orang lain. Inilah makna dari firman Allah SWT:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُولَى (الأحزاب، 33)
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu (QS. Al-Ahzab, 33)
1. Memelihara Jenggot
Nabi Muhammad SAW bersabda:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ وَفِّرُوا اللِّحَى وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ إِذَا حَجَّ أَوْ اعْتَمَرَ قَبَضَ عَلَى لِحْيَتِهِ فَمَا فَضَلَ أَخَذَه صحيح البخاري، 5442)
Dari Ibn Umar dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tampillah kalian berbeda dengan orang-orang musyrik, peliharalah jenggot dan cukurlah kumis”. Dan ketika Ibn Umar melaksanakan haji atau umrah, beliau memegang jenggotnya, dan ia pun memotong bagian yang melebihi genggamannya” (Shahih al-Bukhari, 5442)
Walaupun hadits ini menggunakan kata perintah, namun tidak serta merta, kata tersebut menunjukkan kewajiban memanjangkan jenggot serta kewajiban mencukur kumis. Kalangan Syafi’iyyah mengatakan bahwa perintah itu menunjukkan sunnah. Perintah itu tidak menunjukkan sesuatu yang pasti atau tegas (dengan bukti Ibnu Umar sebagai sahabat yang mendengar langsung sabda Nabi Muhammad Saw tersebut masih memotong jenggot yang melebihi genggamannya). Sementara perintah yang wajib itu hanya berlaku manakala perintahnya tegas.
Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari menyatakan mencukur jenggot adalah makruh khususnya jenggot yang tumbuh pertama kali. Karena jenggot itu dapat menambah ketampanan dan membuat wajah menjadi rupawan. (Asnal Mathalib, juz I hal 551)
Dari alasan ini sangat jelas bahwa alasan dari perintah Nabi Muhammad SAW itu tidak murni urusan agama, tetapi juga terkait dengan kebiasaan atau adat istiadat. Dan semua tahu bahwa jika suatu perintah memiliki keterkaitan dengan adat, maka itu tidak bisa diartikan dengan wajib. Hukum yang muncul dari perintah itu adalah sunnah atau bahkan mubah.
Jika dibaca secara utuh, terlihat jelas bahwa hadits tersebut berbicara dalam konteks perintah untuk tampil berbeda dengan orang-orang musyrik. Imam al-Ramli menyatakan, “Perintah itu bukan karena jenggotnya. Guru kami mengatakan bahwa mencukur jenggot itu menyerupai orang kafir dan Rasululullah SAW sangat mencela hal itu, bahkan Rasul SAW mencelanya sama seperti mencela orang kafir” (Hasyiyah Asnal Mathalib, juz IV hal 162)
Atas dasar pertimbangan ini, maka ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa memelihara jenggot dan mencukur kumis adalah sunnah, tidak wajib. Oleh karena itu tidak ada dosa bagi orang yang mencukur jenggotnya. Apalagi bagi seorang yang malah hilang ketampanan dan kebersihan serta kewibawaannya ketika ada jenggot di wajahnya. Misalnya apabila seseorang memiliki bentuk wajah yang tidak sesuai jika ditumbuhi jenggot, atau jenggot yang tumbuh hanya sedikit.
Adapun pendapat yang mengarahkan perintah itu pada suatu kewajiban adalah tidak memiliki dasar yang kuat. Al-Halimi dalam kitab Manahij menyatakan bahwa pendapat yang mewajibkan memanjangkan jenggot dan haram mencukurnya adalah pendapat yang lemah. (Hasyiyah Asnal Mathalib, juz V hal 551). Imam Ibn Qasim al-abbadi menyatakan bahwa pendapat yang menyatakan keharaman mencukur jenggot menyalahi pendapat yang dipegangi (mu’tamad). (Hasyiah Tuhfatul Muhtaj Syarh al-Minhaj, juz IX hal 375-376)
2.Memakai Celana Cingkrang
Asal mula penggunaan celana cingkrang seperti yang dipakai oleh sebagian komunitas muslim adalah untuk menghindari larangan Nabi Muhammad SAW. Karena dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ لَمْ يَنْظُرْ اللَّهُ إِلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ إِنَّ أَحَدَ شِقَّيْ ثَوْبِي يَسْتَرْخِي إِلاَّ أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكَ لَسْتَ تَصْنَعُ ذَلِكَ خُيَلاَءَ (صحيح البخاري، 3392)
Dari Abdullah bin Umar RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang memanjangkan pakaiannya hingga ke tanah karena sombong, maka Allah SWT tidak akan melihatnya (memperdulikannya) pada hari kiamat” Kemudian sahabat Abu Bakar bertanya, sesungguhnya bajuku panjang namun aku sudah terbiasa dengan model seperti itu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya engkau tidak melakukannya karena sombong”(Shahih a-l-Bukhari, 3392)
Hadits ini harus dilihat dari konteksnya, begitu pula dengan urutan dari sabda Nabi SAW tersebut. Dengan jelas Nabi SAW menyebutkan kata karena sombong bagi orang-orang yang memanjangkan bajunya. Hal ini berarti bahwa larangan itu bukan semata-mata pada model pakaian yang memanjang hingga menyentuh ke tanah, tetapi sangat terkait dengan sifat sombong yang mengiringinya.
Sifat inilah yang menjadi alasan utama dari pelarangan tersebut. Dan sudah maklum apapun model baju yang dikenakan bisa menjadi haram manakala disertai sifat sombong, merendahkan orang lain yang tidak memiliki baju serupa. Al-Syaukani menjelaskan, ”Yang menjadi acuan adalah sifat sombong itu sendiri. Memanjangkan pakaian tanpa disertai rasa sombong tidak masuk pada ancaman ini.” Imam al-Buwaithi mengatakan dalam mukhtasharnya yang ia kutip dari Imam al-Syafi’i, ”Tidak boleh memanjangkan kain dalam shalat maupun di luar shalat bagi orang-orang yang sombong. Dan bagi orang yang tidak sombong maka ada keringanan berdasarkan sabda Nabi kepada Abu Bakar ra”(Nailul Awthar, juz II hal 112) Imam Ahmad bin Hanbal dalam salah satu riwayat berkata, ”Memanjangkan pakaian dalam shalat hukumnya boleh jika tidak disertai rasa sombong” (Kasysyaf al-Qina`, juz I hal 276)
Oleh karena itu, memanjangkan baju bagi orang yang tidak sombong tidak dilarang. Boleh-boleh saja sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat Abu Bakar RA. Sedangkan hukum haram hanya berlaku bagi mereka mengenakan busana dengan tujuan kesombongan, walaupun tanpa memanjangkan kain. Karena realitas saat ini kesombongan itu tidak hanya bisa terjadi kepada mereka yang mamakai baju panjang menjuntai, tetapi juga mereka yang memakai gaun mini. Mereka merasa apa yang digunakan adalah gaun yang berkelas, sehingga meremehkan orang lain. Dan inilah hakikat pelarangan tersebut.
Dari sisi lain, mengartikan hadits ini hanya dengan celana cingkrang adalah tidak tepat karena nabi menyebut hadits itu dengan kata pakaian (tsaub), sementara pakaian tidak hanya celana tetapi juga baju, surban, kerudung dan lainnya. Itulah sebabnya ulama menyatakan bahwa keharaman itu berlaku umum kepada semua jenis pakaian. Ukurannya adalah ketika baju itu dibuat dan dikenakan melebihi ukuran biasa. Dalam Syari’at, demikian ini disebut isbal. Isbal adalah menjuntaikan pakaian hingga ke bawah. Memanjangkan lengan tangan gamis adalah perbuatan yang dilarang karena termasuk isbal yang dilarang dalam hadits. Bahkan Qadhi Iyadh yang menyatakan ”Makruh hukumnya menggunakan semua pakaian yang ukurannya melebihi ukuran yang biasa, baik luas atau panjangnya” (Nailul Awthar, juz II hal 114)
Dari sinilah, maka larangan isbal seharusnya tidak hanya berlaku untuk celana, tetapi semua jenis busana jika di dalam mengenakannya disertai dengan rasa sombong, itu diharamkan. Begitu pula dengan memanjangkan kerudung adalah hal terlarang jika disertai sikap sombong, apalagi merasa dirinya paling beragama. Dengan demikian pakaian yang sudah biasa dikenakan kebanyakan umat islam saat ini baik berupa sarung maupun celana (bagi laki-laki) sampai di bawah mata kaki namun tidak menjuntai ke tanah tidak termasuk yang dilarang oleh agama berdasarkan beberapa penjelasan para ulama di atas.
3. Memakai Cadar
Firman Allah SWT:
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ (النور، 31)
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (QS. Al-Nur, 31).
Ayat ini menjelaskan perintah Allah SWT kepada perempuan-perempuan muslim untuk merendahkan pandangannya serta menjaga kemaluannya, lebih umum lagi adalah seluruh organ reproduksinya. Terkait dengan pembahasan aurat, ayat ini menegaskan larangan untuk menampakkan seluruh anggota badan perempuan kecuali yang biasa nampak darinya (ma dhahara minha). Inilah yang kemudian menjadi batasan aurat bagi perempuan.
Yang menjadi perdebatan kemudian, karena ayat ini tidak menyebutkan secara detail anggota badan yang dimaksud. Itulah sebabnya para ulama berbeda pendapat tentang apakah yang dimaksud Allah SWT dalam firman-Nya itu. Mayoritas ulama (jumhur) menyatakan bahwa yang dimaksud adalah wajah dan kedua tangan. Keduanya adalah sesuatu yang biasa nampak ketika seseorang melakukan interaksi sosial. Wajah adalah penanda pertama untuk mengenali seseorang. Begitu pula dengan tangan yang digunakan untuk berbagai keperluan.
Di dalam tafsir Ibn Katsir dikutip keterangan dari al-A’masy Dari Sa’id bin Jubair dari Ibn Abbas, “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak darinya” ia berkata, “Wajah dan kedua tangan dan cincinnya”. Al-Marghinani dari kalangan Hanafiyah mengatakan, “Seluruh anggota badan perempuan adalah aurat kecuali wajah dan kedua tangannya” (al-Hidayah, juz I hal 158).
Dalam madzhab Malik, Syaikh Ibn Khallaf al-Baji memberikan keterangan, “Terkadang seorang Istri menemani suaminya yang makan bersama laki-laki lain. Dalam kondisi seperti ini, laki-laki- tersebut boleh melihat wajah dan kedua tangan wanita tersebut . Sebab dua anggota tubuh tersebut adalah yang biasa terlihat ketika makan. (Al-Muntaqa syarh al-Muwaththa’ juz IV hal 252 )
Ibn Hajar dari kalangan Syafi’iyyah menukil pendapat dari Qadhi Iyadh bahwa terjadi ijma’ bahwa seorang perempuan tidak wajib menutup wajahnya. Karena menutup wajah hukumnya sunnah dan, oleh karena itu, laki-laki yang berada di depannya juga disunnahkan memalingkan pandangan karena itulah perintah al-Qur’an” (Tuhfatul Muhtaj Syarh al-Minhaj, juz VII hal 193)
Dari sekian pendapat ini, tidak ada satupun yang menegaskan kewajiban memakai cadar, karena memang wajah itu bukan termasuk aurat yang wajib ditutupi. Pemakaian cadar yang berlaku di masyarakat Arab dahulu adalah tradisi bagi masyarakat tertentu. Ada pendapat dari golongan Hanafiyyah yang mewajibkan cadar karena wajah termasuk anggota yang wajib ditutup. Namun penerapan dari pendapat ini juga harus melihat konteksnya. Karena bisa jadi pemakaian cadar itu justru menyebabkan pemakainya terisolir manakala hal tersebut tidak bisa diterima oleh masyarakat setempat, Apalagi hanya karena persoalan ini akan menyebabkan perpecahan antara umat Islam karena disertai tudingan salah bagi mereka yang tidak memakai cadar.
Dengan demikian, memelihara jenggot, memakai celana cingkrang, dan memakai cadar tidak bisa dikategorikan sebagai identitas Islami. Pertama, karena dari segi dalil, hal tersebut masih terjadi perdebatan ulama dari dulu sampai sekarang (khilafiyah). Bahkan terhitung lemah dalilnya bagi yang mewajibkannya. Kedua, di samping lemah dalil, memelihara jenggot, memakai celana cingkrang dan memakai cadar tidak ada signifikansi dan pengaruhnya dalam realitas hidup kekinian. Ketiga, sebagian yang dianggap identitas Islami itu pada kenyataannya juga digunakan oleh tokoh-tokoh non-muslim yang memusuhi Islam. Misalnya Fidel Castro, perdana menteri Cuba yang komunis, Calvin (pembaharu Perancis yang juga nasrani), Karl Mark (bapaknya para komunis) dan lain sebagainya. Semuanya mengggunakan jenggot. Foto-fotonya bisa dilihat di berbagai buku ensiklopedi.
Semakin sulit kita menjelaskan ketika ada pertanyaan: “Katanya jenggot itu identitas Islami. Tetapi mengapa orang non-muslim yang memusuhi Islam juga menggunakannya?”.
(Visited 5,619 times, 3 visits today)

MUI Beri Bimbingan ke Syeikh Ali Jabir Terkait Polemik Isi Dakwah di Televisi


5da8329f-be60-4609-bdc3-97aa4ab5e34b_169
Tasbihnews.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi bimbingan Ustad Ali Jabir, penceramah yang kerap tampil di televisi. Bimbingan ini diberikan setelah muncul polemik terkait isi ceramah Ali Jabir di televisi.
Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Cholil Nafis menyampaikan bahwa Ali Jabir mendatangi MUI pada Selasa (29/9). Ali meminta bimbingan karena isi ceramahnya disoal.
"Meminta arahan dan bimbingan MUI berkenaan dengan aktivitas dakwahnya di Indonesia. Jika ada kesalahan siap memperbaiki," terang Cholil menjelaskan soal kedatangan Ali ke MUI saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (30/9/2015).
Cholil mengungkapkan ada sejumlah hal yang disampaikan Ali Jabir dalam ceramahnya di televisi nasional. Antara lain mengenai tawassul (ziarah kubur) yang dilakukan, kemudian Islam Indonesia yang Islam keturunan, dan mengenai ibadah kurban.
"Dia meminta maaf secara terbuka. Dan dia siap dibimbing dan ditegur, namanya dai tidak lepas dari kekhilafan. Kami menyarankan dalam berdakwah menghindari khilafiyah, ya silakan dia mempunyai dalil tapi jangan sampai menjadi kontra produktif," tutur dia.
Ali Jabir yang menjadi WNI pada 2011 ini menerima sepenuhnya keputusan MUI. Memang menurut Cholil, dengan latar belakang berasal dari Madinah ada kesalahpahaman dari pemilihan kata.
"Ya mungkin harus lebih halus dan disesuaikan dengan budaya Indonesia. Tutur katanya mungkin belum pas, jadi ada salah paham. Harus lebih halus dan lebih bijak," ujar Cholil.
Ali Jabir kepada MUI menjelaskan apa yang dia maksud dalam ceramahnya itu. Tak ada maksud dia menyinggung Islam yang ada di Indonesia. MUI sudah menerima penjelasan dan memfasilitasi agar tidak timbul perdebatan yang berkepanjangan.
Berikut penjelasan lengkap Cholil Nafis terkait Ali Jabir ini:
Walhamdulillah tadi siang, Rabu (29/9) saya di MUI Pusat menerima tamu Syaikh Ali Jabir berkenaan dengan beberapa polemik di sosial media. Syaikh Ali Jabir menyatakan beberapa hal kepada MUI
1. Meminta arahan dan bimbingan MUI berkenaan dengan aktifitas dakwahnya di Indonesia. Jika ada kesalahan siap memperbaiki
2. Mohon maaf kepada MUI dan masyarakat Indonesia jika ada kata-kata yang meresahkan. mungkin karena tak begitu fasih bahasa Indonesia sehingga ucapannya bisa disalahpahami.
3. Tidak ada niatan berkenaan dg ucapannya untuk mendiskreditkan masyarakat muslim Indonesia. hal itu semata-mata menirukan apa yang pernah didengarnya.
4. Soal tawassul dan kurban tak ada niat untuk masuk masalah khilafiyah dalam dakwahnya sehingga kalau ucapan yang berbeda pendapat mohon diluruskan oleh MUI dan asatidz.
5. Siap melakukan dan bekerjasama dengan siapapun khsususnya dengan para asatidz demi persatuan umat Islam dan menyebar dakwah yang damai.
inilah poin-poin silaturrahim Syaikh Ali Jabir dengan Pengurus Komisi Dakwah yang baru saja dikukuhkan. MUI menyambut baik dan menghargai ketulusan Syaikh Ali Jabir yang dengan tawadhu' meminta bimbingan kepada MUI dan memohon maaf kepada masyarakat. Akhlak da'i harus menjadi teladan kepada umat. Mudah-mudahan antar da'i dapat saling mengingatkan dengan cara yang baik dan sopan sehingga tidak membingungkan umat.
(faj/dra)

Salah Paham Terhadap Dalil, Saudi Membongkar Makam-makam Ulama



makam-abdullah-mahfudz-muhammad-haddad-baa-alawy
Tasbihnews.com - Setelah makam Imam Nawawi, kini giliran makam Abdullah Mahfudz Muhammad Haddad Baa ‘alawy al Hadhromy yang merupakan penulis kitab Assunah Wal Bidah yang sangat terkenal itu. Semenjak kitab itu dirilis, beliau memang sudah dijadikan “target” oleh mereka, setelah meninggal sekalipun, makam beliau tak luput menjadi sasaran keganasan mereka.
Jika bangunan qubah diatas kubur yang menjadi alibi mereka, Maka sungguh Ini adalah kasus yang dipenuhi kekeliruan, mereka salah memahami dalil
1. Membangun kubah yang dilarang dalam madzhab Syafii adalah membangun di pemakaman umum yang DIWAKAFKAN, karena bisa menyempitkan hak orang lain. inilah pemahaman murid-murid imam Syafii yg diajarkan secara berantai kepada murid-murid setelahnya selama berabad-abad.
Imam Syafi’i sendiri dimakamkan di dalam kubah, dan tidak dirobohkan, para ulama selama ratusan tahun tidak mengingkarinya,Sebut saja Imam Rofi’i, Imam Nawawi, Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani. Apakah mereka semua sesat
2. Imam Ahmad ibnu Hambal tentang kebolehan seseorng dikubur di rumahnya namun di perkuburan lebih utama, jumhur ulama berpendapat : bolehnya seseorng dikuburkan di rumah nya namun, hanafiyah : makruh
Perhatikan, kubah yang dibongkar wahabi milik Sayidina Ya’qub bin Yusuf Al-Wazir dan Ahmad bin Muhsin, padahal mereka dimakamkan DI TANAH MILIK PRIBADI, bukan pemakaman umum, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan pendapat Imam Syafi’i di atas
mereka wahabi membongkar kubah itu karena kebodohan mereka.
3. Kenapa keributan ini terjadi pada kubah dan kubur mereka bukan kah pimpinan makhluk yaitu nabi muhammad dikuburkan dibawah kubah ? Jika dikatakan : ini adalah khususiyat nabi maka kita akan jawab : kenapa juga abu bakar , umar dikuburkan dibawah kubah bersama nabi ?
Jika mereka berkilah kubah itu terjadi 2 tahun setelah wafatnya nabi maka
kita bisa jawab: umat muslim ulama” nya, ahli” hukumnya,ahli” qur’annya sering lewat disitu (ziarah) lalu kenapa mrk tidak menghancurkan kubah tersebut krn alasan takut rusak dlm mslh aqidah ? Apakah mrk sesat semuanya !!???
Selain itu makna nya tidak hanya berkutat masalah kubah saja atau yg lainnya yg terpenting adalah mereka dikuburkan di rumah” mreka lalu mereka buat atap adakalanya atap tersebut berbentuk melingkar atau persegi atau bentuk yg lainnya dimana letak larangan tersebut saat kebanyakan ulama’ membolehkan mengubur seseorng dirumahnya sendiri, telah datang riwayat yg shohih bahwa anak dr tholhah bin ubaidillah saat menguburkan ayah beliau ada air mengenai kuburan ayah beliau yg menyebabkan kuburan tersebut harus dipindah akhirnya beliau membeli rumah abi bakroh dan menguburkan ayah beliau d rumah tersebut
Adapun hadist” yang mereka riwayatkan tidaklah menunjukkan apa yang mereka inginkan contoh hadist : ” janganlah menjadikan kubur sebagai masjid (tempat sujud)
Tidak ada hubungannya dengan menguburkan seseorang di dalam kamar atau memakai kubah karena telah diketahui tidak ada 1 orng pun yg membuat kubah kuburan menjadi masjid seandainya dijadikan masjid maka pasti para ulama’ akan mengingkarinya
Ada pun hadist tentang larangan membangun kubur dan memberi marmer pada kubur sesungguhnya imam annawawi berpendapat bahwa ilat larangan tersebut adalah menyia-nyiakan harta pada perkuburan umum orang-orang islam karena bangunan membuat tanah akan sulit hancur (maksudnya mungkin jika ada yang mau dikubur di sampingnya maka akan kesulitan menggali tanahnya
Maka hadist ini khusus pada perkuburan umum adapun perkuburan pribadi mikik dia sendiri maka tidak masuk dalam larangan hadist ini.
Ada pun hadist larangan rasul :” jgn kamu tinggalkan kuburan tinggi kecuali kamu ratakan” hadist ini tujuan nya untuk kuburan orang-orang musyrik krn kebiasaan mereka membuat kuburan tinggi dan besar dengan dalil sabda nabi setelah itu :”dan pula jgn kau temui berhala kecuali kau hancurkan” krn hal” ini mengacu kepada beberapa aspek kemusyrikan
Secara umum memerangi/menyerang perkuburan muslim hukumnya tidak boleh dan termasuk sebuah kejahatan yg keji krn perkuburan termasuk tmptnya orang” yang sudah meninggal sebagaimana rumah ada lah tmpt orng” yg masih hidup
Wallahu a’lam