Sungguh indah perumpamaan yang disampaikan Rasulullah SAW. Kepada kita. Sebagaimana kita ketahui, waktu malam yang kita lewati terasa lebih panjang daripada siang, meskipun secara fakta, siang dan malam untuk daerah khatulistiwa tidak berbeda, yaitu sama-sama 12 jam. Waktu malam terasa panjang bagi orang tidak bisa tidur atau menjalani malam dengan sendirian. Waktu bagaikan tidak beranjak. Kehidupan berjalan seperti di penjara, terasa sangat lama. Namun tidak demikian bagi orang yang tertidur, apalagi tidurnya pulas. Mungkin ia berangkat tidur jam 8 malam, bangun-bangun sudah jam 5 pagi. Waktu terasa singkat.
Oleh karena itu Nabi SAW. Memberikan nasihat. Waktu yang terasa singkat itu bagi orang yang tidur agar dimanfaatkan untuk ibadah. Waktu yang sebenarnya lama buat orang yang tidak bisa tidur, dipersingkat dengan tidur. Padahal masih banyak hal yang bisa dilakukan di malam hari terutama untuk ibadah. Seorang penulis akan mudah mengungkapkan ide-idenya di dalam tulisan apabila dalam kondisi tenang dan sunyi senyap. Malam hari adalah waktu yang tepat untuk menulis, mengarang, belajar dan tentu, ibadah.
Rasulullah SAW dan para sahabat gemar melakukan ibadah pada 1/3 malam terakhir. Mereka melakukan shalat malam, berzikir dan membaca Al-Quran. Kekhusyuan mereka dalam ibadah di malam hari melebihi para pendeta maupun rahib. Ungkapan yang sering kita dengar dari para sahabat dan generasi pertama Islam adalah mereka bagaikan singa di siang hari karena selalu berjihad dan di malam hari mereka menangis dan tekun beribadah melebihi kaum pendeta yang pekerjaanya hanya beribadah di dalam kuil saja.
Laporkan iklan?
Dengan peribadahan semacam itu, mereka hanya tidur malam kurang lebih 4-5 jam. Banyak oang khususnya di perkotaan yang mempertanyakan pola tidur semacam itu jika mereka laksanakan. “bagaimana bisa, kan kita kerja? Jangan-jangan kalau kita ibadah seperti Rasulullah kita ngantuk di kantor dan tidak produktif”. Seorang profesor pernah mengkritik mahasiswanya yang mengantuk saat ia memberi kuliah. Ketika ditanya, jawabnya “Saya semalam shalat tahajud, pak.” Lalu, bagaimana pula dengan teori kesehatan yang menyatakan tidur sehat semalam selama 8 jam ?
Antara teori kesehatan dengan kebiasaan Rasulullah SAW jelas tidak bertentangan karena faktanya memang berjalan selaras. Rasulullah dan para sahabat memanfaatkan waktu malam dengan tidur hanya 4-5 jam. Namun di siang hari mereka juga istirahat tidur siang sebentar, inilah yang biasa disebut dengan qailulah, atau istirahat/tidur siang kurang lebih 1 jam. Setelah diteliti, ternyata kualitas 1 jam tidur siang sama dengan 3 jam tidur malam. Secara kalkulasi, ujung-ujungnya 8 jam juga.
Di Timur Tengah masih kita dapati jam kantor. Di Eropa, beberapa kantor sudah menerapkan tidur siang, meskipun di kantor, bagi karyawannya agar lebih produktif. Di beberapa tempat di Indonesia jaman dulu jug sering kita dapati kalau toko-toko tutup antara jam 12 siang hingga ashar.
Sementara siang hari adalah waktu yang tepat untuk beramal kebaikan yang berhubungan dengan orang lain. Waktu yang tepat untuk berkarya dan memberikan manfaat buat sesama. Seseorang yang demikian hidupnya menjadi terang. Beda dengan orang yang siang hari, meskipun cuaca terang, ia gunakan untuk bermaksiat, berlumuran dosa. Hidup seseorang seperti ini gelap. Tidak ada harapan untuk masa depannya. Oleh karena itu janganlah mengerjakan kejahatan di siang hari.
Dari nasihat Rasulullah SAW. Ini rasa-rasanya ttidak ada waktu untuk bermaksiat. Malam hari digunakan untuk ibadah kepada Allah, siang hari beramal untuk sesama. Begitulah Islam mengatur waktu. []
Sumber: Hikmah dari Langit/Yusuf Mansur/Pena Pundi Aksara/Januari 2007 (Islampos.com)
Post Comment