Setiap manusia pasti akan merasakan kematian. Hanya saja, banyak orang yang malah takut dalam menghadapi kematian. Mereka lebih menginginkan hidup lebih lama di dunia. Padahal, berjumpa dengan Allah SWT melalui jalan kematian itu lebih indah bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa kepadanya. Maka, Allah akan senang kepada mereka yang juga senang berjumpa dengan Tuhannya.
Sebagaimana Al Faqih berkata: Muhammad bin Al Fadl menceritakan kepada kami, di mana ia berkata: Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Yusuf menceritakan kepada kami, Al Khalil bin Ahmad menceritakan kepada kami, Al Husain Al Marwazi menceritakan kepada kami, Ibnu Abi Adi menceritakan kepada kami dari Humaid dari Anas bin Malik, di mana ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang senang untuk berjumpa dengan Allah, maka Allah akan senang berjumpa dengannya; dan barangsiapa yang enggan untuk berjumpa dengan Allah, maka Allah akan enggan berjumpa dengannya.”
Yang dimaksud dengan “senang” di sini yaitu manakala orang mukmin akan dicabut nyawanya, maka ia mendapatkan berita gembira dengan keridhaan dan surga Allah, sehingga ia merasa lebih senang mati daripada tetap hidup di dunia. Dalam situasi yang demikian, Allah pun dengan “senang” akan menjumpainya, yakni dengan melimpahkan anugerah dan karunia kepadanya.
Demikianlah pengertian kata “senang” bagi Allah, dan tidak boleh diinterpretasikan dengan “senang” secara harfiah. Karena, “senang” itu merupakan kecenderungan jiwa, sedangkan hal itu tidaklah pantas dikaitkan dengan Allah.
Sedangkan yang dimaksud dengan “enggan” dalam hadis di atas, yaitu manakala orang kafir akan dicabut nyawanya, maka akan diperlihatkan kepadanya ancaman diksaan yang akan ditimpakan kepadanya. Ia menangis, menyesali kesesatannya dan enggan untuk mati, maka Allah pun “enggan” untuk berjumpa dengannya. Arti “enggan” di sini, yaitu bahwa Allah akan menjauhkan dari rahmat-Nya dan kehendak untuk menyiksanya, bukan “enggan” secara harfiah yang tidak pantas dikaitkan dengan Allah.
Ats-Tsauri berkata, “Bukanlah maksud dari hadis di atas bahwa rasa senang mereka untuk berjumpa dengan Allah merupakan sebab bagi “senang”nya Allah kepada mereka. Dan bukan pula keengganan mereka merupakan sebab bagi “enggan”nya Allah. Akan tetapi, tujuan dari hadis itu adalah memberi penjelasan atas keadaan mereka, di mana mereka senang berjumpa dengan Allah, ketika Allah “senang” berjumpa dengan mereka.”
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita rasa senang untuk berjumpa dengan-Nya. [islampos.com]
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin Peringatan bagi Orang-orang yang Lupa 1/Karya: Abu Laits as Samarqandi/Penerbit: PT Karya Toha Putra Semarang
Post Comment